Selasa, 29 Maret 2011

erita hantu | cerita seram Bayang-bayang Ilusi

0 komentar
 
Orang-orang berkata bahwa orang yang meninggal dunia kadang-kadang kembali ke dunia tak lama setelah kematiannya untuk menyelesaikan urusannya yang tertunda. Hal ini diyakini oleh kakakku sendiri yang pernah mengalami peristiwa aneh sewaktu ia masih bekerja sebagai seorang resepsionis di sebuah hotel berbintang empat di Langkawi, Malaysia.

Langkawi adalah tempat resor yang sangat indah dan menjadi salah satu tujuan pariwisata di Malaysia. Kakakku, Robby, bekerja di salah satu hotel di tepi pantai yang cukup terkenal di sana bersama salah
seorang sepupu kami, Owen. Semenjak mereka berdua bekerja di sana lima tahun yang lalu, mereka tak pernah menemui peristiwa yang luar biasa, hingga apa yang mereka alami pada malam Natal beberapa bulan yang lalu.

Waktu itu pantai penuh sesak oleh pengunjung. Maklumlah, saat itu selain musim liburan sekolah, juga merupakan saat libur panjang bagi para karyawan, sehingga banyak keluarga berlibur bersama anak-anak mereka di sana.

Hampir semua hotel penuh pada waktu itu, termasuk hotel tempat Robby dan Owen bekerja. Walaupun demikian mereka dapat dengan mudah menghafal tamu-tamu yang menginap di situ. Misalnya, keluarga Koh dari Singapura beserta anak kembar mereka yang nakal-nakal, tuan dan nyonya Menon dari India yang selalu pergi pagi-pagi sekali dan pulang larut malam dengan membawa banyak barang belanjaan, dan juga Daniel, mahasiswa dari Indonesia yang walaupun bertubuh gemuk dan kurang menarik, tetapi selalu dikelilingi oleh gadis-gadis cantik!

Tetapi ada satu orang yang tidak akan pernah hilang dari ingatan mereka berdua. Orang yang akan selalu memberikan kenangan tersendiri bagi Robby dan Owen. Dia adalah Toshio.

Toshio adalah seorang remaja Jepang berusia delapan belas tahun. Ia beserta kedua orang tua dan adik perempuannya yang cantik, Aiko, sudah menginap selama beberapa hari di hotel itu. Selama itu mereka berempat selalu datang dan pergi bersama-sama. Oleh karena itu Owen sangat terkejut ketika suatu malam Toshio tiba sendirian di hotel dalam keadaan basah kuyup tanpa adik dan kedua orang tuanya.

"Apa yang terjadi? Kenapa Anda basah kuyup begitu? Mana orang tua dan adik Anda?" Owen, yang kebetulan hari itu sedang bekerja shift malam, bertanya sambil menyerahkan kunci kamar 526 kepada Toshio.

"Tidak, aku tidak ke kamar. Aku hanya ingin menitipkan dompet adikku ini pada Anda. Tolong serahkan padanya jika ia kembali nanti," katanya dengan bahasa Inggris yang terpatah-patah.

"Lho? Anda tidak ingin mengganti baju dulu? Nanti Anda sakit ... " Sebelum Owen menyelesaikan kalimatnya, Toshio telah berlalu dari tempat itu. Ia tampak gelisah dan terburu-buru.

Owen baru akan membuka mulut untuk memanggilnya kembali ketika sekilas matanya menangkap bayangan di cermin yang dilewati Toshio. Ia melihat dengan jelas bayangan orang-orang yang sedang berjalan di samping pemuda Jepang itu. Tapi bayangan remaja itu sendiri tak terlihat di cermin!

Mengira dirinya mulai mengantuk, Owen segera melupakan hal itu dan kembali pada pekerjaannya semula.

"Lain kali aku harus tidur cukup sebelumnya, bisa-bisa Pak Kepala mengira mataku mulai rabun!" keluhnya dalam hati.

Keesokan harinya Robby tiba pagi-pagi sekali untuk memulai pekerjaannya hari itu. Ia dan Owen memiliki jadwal kerja dengan shift yang berbeda.

"Tadi malam Toshio ke sini untuk menitipkan dompet adiknya," Owen berkata sambil menyodorkan dompet kecil berwarna hijau muda pada Robby. Robby memandangnya dengan tatapan aneh.

"Ke sini, katamu? Tadi malam?" Robby bertanya dengan nada tak percaya.

"Ya. Tadi malam sekitar pukul sebelas anak itu datang sendirian dengan bajunya yang basah kuyup. Entah apa yang dilakukannya sampai keadaannya seperti itu... " Owen menggeleng-gelengkan kepalanya.

Robby tak mengatakan apa-apa. Ia masih memandangi saudara sepupunya itu. Kemudian setengah berbisik ia membuka mulutnya,

"Itu tidak mungkin! Kemarin malam aku mendengar kabar dari Pak Husein yang perahunya disewakan pada orang tua Toshio, bahwa Toshio hilang di laut tadi malam kira-kira pukul setengah sebelas ketika mereka sekeluarga sedang pergi memancing. Menurutnya, waktu itu Aiko secara tak sengaja terjatuh ke dalam air ketika ia berusaha meraih dompetnya yang jatuh ke laut. Toshio yang melihat hal itu tanpa pikir panjang lagi segera melompat ke dalam air demi menolong adiknya, karena ia tahu bahwa Aiko tak dapat berenang. Beberapa saat kemudian Toshio berhasil menolong Aiko naik kembali ke atas perahu, walaupun dalam keadaan setengah sadar. Tetapi kemudian ia menyelam kembali ke dalam laut untuk mencari dompet adiknya yang masih belum ditemukan. Itulah saat terakhir mereka melihatnya dalam keadaan hidup."

Owen terdiam. Ia seakan tak mempercayai apa yang baru saja didengarnya.

"Tapi dompet itu ... " katanya terbata-bata. Wajahnya pucat.

"Dan beberapa jam yang lalu regu penyelamat baru saja mendapat laporan dari para nelayan bahwa mereka menemukan mayat seorang remaja terapung-apung beberapa meter dari pantai. Ciri-cirinya mirip dengan Toshio," kakakku melanjutkan ceritanya.

"Lalu, di mana Aiko dan kedua orang tuanya?"

"Sejak kemarin malam mereka berada di rumah sakit menunggui Aiko yang masih dalam keadaan lemah. Mungkin pada saat ini mereka sudah mengetahui apa yang terjadi pada anak laki-laki mereka. Kasihan sekali ... " Robby berujar pelan.

Tiba-tiba Owen teringat kembali peristiwa malam itu ketika ia mengira dirinya salah lihat. Apakah itu adalah arwah Toshio yang mendatanginya semalam? Apakah ia kembali lagi hanya untuk memintanya mengembalikan dompet adiknya?

Owen membuka dompet warna hijau bergambar panda yang sedari tadi dipegangnya. Napasnya tersentak ketika ia menemukan foto dirinya bersama Toshio yang diambil beberapa hari sebelumnya. Wajahya terlihat jelas di situ. Tapi wajah Toshio tak ada lagi... digantikan oleh gambar air kebiruan yang ada di belakangnya.

Leave a Reply